Ibadat Bani Harian di GKJW

Serba-Serbi Keadaan Gereja



GKJW
1. Apakah Basilika itu? Arti pokok katedral bukanlah sebuah gedung, kecuali persekutuan orang-orang percaya nan menyambut secara positif corak Allah didalam Kristus Yesus. Aliansi ini meliputi orang beriman di seluruh dunia, bersama tidak dibatasi oleh bahasa, bangsa bangsa dan status sosial.

Ibadat yang dilaksanakan oleh masing-masing famili di rumah masing-masing. Perlu ini Majelis supaya menyediakan tuntunannya.
Ibadat yang dilaksanakan oleh beberapa bani secara bergilir dan bersifat “patuwen”
Ibadat nan dilaksanakan oleh beberapa anak di suatu tempat nang tetap.
Pada sejarah perkembangannya Ibadat keluarga di GKJW adalah ibadat yang berakar bersama tumbuh dari “gerakan warga” yang tidak hanya berlatar final iman-kepercayaan yang sama akan tetapi juga adanya ikatan persaudaraan dan budaya Jawa nan kental di kalangan bangsa Jemaat. Bentuk awalnya aliansi ibadat ini sangat elementer dimana secara bergiliran (ideran) berarti (maksud) setiap minggu (kamis) keluarga-keluarga kristen mengunjungi (tetuwi) pada salah satu keluarga di Jemaat. Mereka berbalas-balasan bertemu dan berbagi cerita (kabar kinabaran) tentang segala sesuatu sebagai ungkapan anggap kebersamaan, kepedulian dan solidaritas. Lemah laun bentuk persekutuan ini belakang hari menjadi bersifat formal Ibadat dan pengajaran, -bahkan bergeser menjadi misa Minggu mini.

Peranan Bani Gereja. Tuhan mendirikan katedral di dunia ini biar dunia dapat merasakan denyut yang dipenuhi dengan akur sejahtera dan keadilan bersama kebenaran. Oleh karena itu orang-orang berkeyakinan yang adalah bagian berawal gereja dipanggil untuk selalu mampu mewujudnyatakan iman percayanya berarti (maksud) kehidupan sehari-hari, agar asese sejahtera, keadilan dan burhan sungguh-sungguh dirasakan oleh dunia. Di sinilah kegiatan serta warga gereja banget diperlukan bagi tumbuh dengan berkembangnya Gereja milik Tuhan. Betapa warga gereja bisa mewujudnyatakan fungsi sertanya?

Sejarah kemajuan ibadat harian Jemaat Kristiani ampai abad pertengahan
Akar tradisi misa harian umat Kristen anyar tidak dapat dilepaskan berawal tradisi ibadat orang Yahudi. Di dalam kitab Daniel 6:11 bersama Mazmur 55:18 diceritakan secara lain langsung mengenai kebiasaan menjalankan ibadat pagi, siang dan sore. Daniel 9 : 21-22 bersama Ezra 9:4-6 diceritakan bahwa ada kaitannya juga dengan korban petang.
Doa yang acap dan wajib diucapkan setiap pagi dan sore ialah shema yisrael (ul 6:4-7).
Yesus andal menjalankan ibadat tiga andaikata ibrani ini. Seperti nang diceritakan Mark 1:35, 6:46. denyut Yesus sungguh merupakan bidal pujian demi kemuliaan Allah di surga. (Yoh 17:4). Keempat Injil di pelbagai kesempatan menunjukkan Yesus laksana pendoa yang mengajar kaum muridnya supaya tiada henti-hentinya berdoa (Luk 18:1). Beberapa murid melanjutkan pesan ini pada gereja perdana dengan dengan melaksanakannya menurut waktu pengestu dan korban bangsa Yahudi.

Sejak awal abad II agak ada kesaksian-kesaksian tentang andaikan doa yakni : pagi, cerah dan sore. Tertulianus menyebutnya : “Orationes legitimate” artinya : andaikan doa yang sah tertulis menurut kebiasaan. Menurut Hippolitus dari Roma : para diakon dengan imam harus berhimpun tiap(-tiap) pagi di suatu alam menurut ketetapan uskup buat merayakan ibadat sabda (pengajaran bersama doa) bersama jemaat. Demi ibadat sore, terutama seremoni penyaaan lampu (lucernarium) patih adat kebiasaan Ibrani, Yunani dan Romawi, dilaksaknakan juga bersama-sama. Konstitusi apostolic mulai abad IV telah memperlihatkan satu struktur yang ibadat sore.
Pada kala III dan IV berkembanglah jam ibadat menjadi lima bila yakni : Laudes, Tertia, Sexta, Nona, Vesperae.
Dalam kala IV sudah merupakan istiadat umum baik di barat atau Timur bahwa ibadat ki awal dan sore dilaksanakan di berarti (maksud) gereja secara bersama-sama amanah awam maupun klerus. Andaikan Prima merupakan tambahan bermula Casianus (380) dan jika Completorium berasal dari Basilius. Dua bila tambahan ini lebih final dilaksanakan oleh biara. Benedictus (543) berlebihan berjasa menyususn secara afdal dengan rumusan-rumusan doa, sehingga aliran ibadat harian Romawi mendapat coraknya badan menjadi:Matutinum-Laudes-Prima-Tertia-Sexta-Nona-Vesperae-Completorium.
Pada abad pertengahan terbitlah Brevarium merupakan buku yang berisi jadwal ringkasan dan petunjuk dengan komentar singkat yang menjelaskan teks-teks nan terdapat dalam ibadat Harian yang dipakai pada kebaktian harian, sebab waktu itu berjibun buku ibadat Harian nang dipakai pada perayaan bersama. Berawal abad XI semua bacaan itu disatukan dengan individualitas : Tabelaria dan dimaksudkan distribusi mereka yang berada berarti (maksud) perjalanan demi pemakaian praktis.

Struktur / aliran Ibadat Harian
Ibadat koran terdiri dari :
Pembukaan Misa Harian (invitatorium)
Ibadat bacaan (Officium Lectionis)
Ibadat cepat (Laudes)
Ibadat siang /pukul 09.00, 12.00, 15.00 (Hora Media)
Ibadat burit (Vesperae)
Ibadat Penutup (Completarium)

Menuju Ibadat Keluarga Harian GKJW.Ibadat Bangsa kristiani di rumah skala amatlah penting. Sebab rumah atau kehidupan rumah jenjang itu juga dapat dianggap bagai pusat ibadat. Ibadat bangsa harian memperoleh dasar teologis yang kuat baik dalam budaya ibadat harian keluarga-keluarga Yahudi, atau dalam kehidupan kekristenan pertama (gereja perdana). Dalam misa keluarga setiap orang bahari mempunyai tugas untuk memberikan ibarat dan teladan kepada anak-anak mereka di rumah.
Dalam muslihat menjemaatkan ibadat keluarga harian kita menghadapi berbagai bantahan dan masalah yang datang satu sesudah yang lain. Tantangan-tantangan itu mesti dihadapi agar dicari dengan ditemukan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan itu, bukan bergerak dari kesulitan yang menghadang. Berikut ini kaum masalah yang mungin dialami :
Pandangan jemaah yang diwariskan dari angkatan ke generasi ratusan musim tentang ibadat keluarga surat kabar atau ibadat harian adalah tradisi Yahudi dan bangsa Katolik saja dan GKJW punya bentuk lain yang tak perlu meniru atau ikut-ikutan.
Sejak di depan tidak ada Tata misa dari GKJW tentang kebaktian Keluarga yang sifatnya harian. Diserahkan cuma pada masing-masing keluarga, asal mereka mempunyai kebiasaan bersama kekhasan sendiri-sendiri. Membuatnya hanya mempersulit dan membebani mereka.
Jemaat hayat dalam dunia yang berjibun macam-macam kegiatan, ibadat anak harian hanyalah pemborosan waktu.
Tata ekaristi dan bacaan Alkitab harian kadang-kadang tidak sesuai dan situasi bathin kita dengan keluarga.
Masing-masing keluarga tidak diperlengkapi dan sarana-sarana ibadah yang memadai. Andaikata : kepemilikan Alkitab saban anggota keluarga, kidung Penghargaan dan buku renungan koran atau buku-buku doa penunjang.
Keluarga lain memilki kebiasaan membaca alangkah bacaan rohani dan menyanyi.
Para biarawati website atau anggota majelis nang lain saja kadang tak melakukannya. Apa tidak bahkan nantinya hidup dalam kemunafikan?
Bagaimana Kebaktian keluarga harian ini becus diwujudkan dalam keluarga Kristen era ini dengan segala kasus dan kesibukan masing-masing ? Aspek ini memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa jadi dilakukan asalkan ada kata sepakat yang sungguh-sungguh dari jumlah anggota keluarga. Pemahaman keadaan arti keluarga dan kognisi Allah adalah pusat bermula hidup keluarga orang percaya menentukan kesungguhan untuk dilaksanakannya ibadat keluarga harian ini. intinya sama dengan bahwa setiap keluarga berhak menuntut buletin Baik dari Injil itu bak milik dan menjadi babak hidupnya.
Demikian pengantar kami bersama selamat beribadat bagi Dia yang telah menciptakan buana dan segala isinya dan menyelamatkan kita, dan banal berkarya untuk mendamaikan kira-kira dunia dengan Diri-Nya. Baginyalah izzah selama-lamanya.
jasa SEO - PAUD Terbaik di Ponorogo - SD Terbaik di Ponorogo - Jasa Pijat Refleksi Urat Syaraf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *